Penggapaian

ist2_9494420-reaching-hand Telah cukup lama saya mencoba mencari padanan bahasa Indonesia yang pas untuk outreach. Istilah ini banyak digunakan oleh organisasi atau kelompok sosial–seperti LSM dan orsospol–untuk menyebut keterlibatan mereka dalam masyarakat dalam rangka penyebaran ide kepada publik. Kegiatan ini galibnya dilakukan melalui pendidikan (penyebarluasan ide), meskipun belakangan banyak organisasi yang menerapkan strategi outreach mereka dalam bentuk pelibatan dua arah, alih-alih hanya sekadar kegiatan satu arah. Strategi outreach terkait erat dengan misi suatu organisasi dan beberapa organisasi bahkan menjadikan kegiatan ini sebagai salah satu hal yang diperhatikan secara khusus–misalnya spreadfirefox dari Mozilla dan outreachwiki dari Wikimedia.

Lanjutkan membaca “Penggapaian”

#blog31hari

31HariTagar (tanda pagar, hashtag) dari Mas Amal hari ini (3 Mei 2010) membuat saya agak bingung: #blog31hari. Ternyata tagar itu berawal dari tekad Bundhoot untuk menulis blog selama 31 hari berturut-turut pada bulan Mei ini. Menurutnya, tantangan ini adalah untuk (1) membangkitkan semangatnya menulis blog yang belakangan angin-anginan, (2) menceritakan kisah liburannya, (3) menyambut bulan Mei (ada apa dengan bulan Mei?), serta (4) memberi semangat kepada Ketua Pesta Narablog 2010, drg. Rara.

Lanjutkan membaca “#blog31hari”

Mikroblog versus blog

Pembaca umpan Feedly saya semakin hari semakin sedikit menyiarkan tulisan baru dari blog Indonesia yang saya langgani. Kiriman entri blog baru dari Multiply pun semakin jarang masuk ke kotak surel. Di luar berita burung bahwa Enda nge-blog lagi, secara umum terlihat bahwa ledakan tulisan di blogosfer Indonesia mulai surut.

Di sisi lain, jumlah orang yang melakukan pemutakhiran status melalui jejaring sosial Facebook dan mikroblog (atau blog-mikro menurut Mas Amal) seperti TwitterPlurk, dan Koprol tampak semakin banyak. Mungkin karena lebih mudah untuk menulis dalam 140 karakter dibandingkan dengan menulis beberapa paragraf dalam blog. Interaksi di layanan jejaring sosial dan mikroblog ini pun lebih cepat dan intensif dibandingkan dengan komentar pada blog.

Lanjutkan membaca “Mikroblog versus blog”

Iwan Fals

Hangat mentari pagi ini.
Antar ‘ku pulang dari bermimpi.
Ramah tersenyum matahari.
Inginkan aku ‘tuk bernyanyi.

Entah mengapa, hati saya selalu tenteram setiap kali mendengar lagu Damai Kami Sepanjang Hari (album Sore Tugu Pancoran, 1985) dari Iwan Fals ini. Syair dan irama lagunya benar-benar bagaikan obat mujarab yang selalu mampu menenangkan rasa gelisah atau cemas saya.

Lanjutkan membaca “Iwan Fals”

Swurl

Swurl adalah suatu layanan pengumpul umpan baru yang didirikan oleh duo Ryan dan Jonathan. Saat ini Swurl dapat menerima umpan dari 18 situs, yaitu Amazon, Blockbuster, Blogger, Del.icio.us, Digg, Facebook, Flickr, FriendFeed, Last.fm, Netflix, Pandora, Picasa Web Albums, StumbleUpon, Tumblr, Twitter, Typepad, WordPress, Yelp, dan YouTube. Ada tiga hal yang membuat Swurl berbeda dengan layanan pengumpul umpan web lain, yaitu tampilan kalender dan kemampuan melacak garis waktu umpan, kemampuan deteksi daftar teman dari sumber umpan, serta informasi unik untuk beberapa jenis umpan.

Lanjutkan membaca “Swurl”

plurk

Plurk adalah layanan jejaring sosial mikroblog yang diluncurkan pada sekitar Mei 2008. Layanan ini kurang lebih serupa dengan layanan dari Twitter, Jaiku, atau Pownce, yang mengizinkan penggunanya untuk mengirimkan pesan-pesan pendek, maksimum 140 karakter, melalui halaman web atau pengirim pesan instan. Pesan yang dikirim dapat diawali dengan penanda (qualifier) umum yang telah ditentukan (seperti “asks”, “is”) atau bebas tanpa awalan. Media gambar atau video dari Internet juga dapat dilampirkan dalam pesan-pesan ini. Pesan-pesan ini akan ditampilkan dalam bentuk garis waktu di halaman webnya yang selanjutnya masing-masing dapat dikomentari oleh orang lain.

Lanjutkan membaca “plurk”

candu

Kurang lebih empat bulan lamanya saya mencoba menarik diri dari lingkungan jaringan sosial untuk bisa lebih berkonsentrasi dan menggunakan waktu dengan efektif. Seperti halnya kecanduan lainnya – seperti rokok, kopi, alkohol, seks – satu-satunya cara efektif untuk melepaskan diri dari ketergantungan terhadap candu adalah dengan sama sekali menghindari sumber ketergantungan tersebut.

Cukup berat juga ternyata untuk memaksa diri melakukan hal tersebu. Pada akhirnya tetap tidak bisa juga untuk menahan mengikuti perubahan terbaru (walaupun cukup sukses untuk tidak melakukan suntingan), melihat foto-foto kontak, serta membaca umpan berita dari rekan-rekan.

Tetap juga tidak bisa menahan diri untuk tidak mengikuti pembicaraan-pembicaraan yang tak terlalu penting di milis. Dan mungkin yang paling parah adalah tidak bisa berhenti bermain buku perang. Bahkan dengan penuh niat membuat aplikasi untuk mendukung permainan tersebut.

Apa boleh buat, tampaknya memang sudah nasib untuk terjerat dalam candu ini. Sama halnya dengan ketidakmampuan saya melepaskan diri dari rokok.

*sigh*