Lema di mana sering digunakan sebagai penghubung antara induk kalimat dan anak kalimat (dua klausa tidak sederajat). Misalnya pada kalimat, “Fotosintesis adalah proses di mana CO2 diubah menjadi senyawa organik.” Hal ini mungkin terjadi karena lema ini dianggap sebagai padanan kata where atau which dalam fungsinya sebagai penghubung dalam bahasa Inggris. Penggunaan lema di mana seperti ini harus dihindari karena tidak sesuai dengan makna dan fungsi lema ini.
Dalam bahasa Indonesia, lema di mana adalah (1) pronomina (kata ganti) penanya tempat atau (2) kata untuk menunjukkan tempat yang tidak tentu. Contoh penggunaan yang tepat adalah:
- Di mana dia tinggal?
- Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung
Sebagai penggantinya, dapat digunakan kata tempat, sebagai, yang, dan, dengan, atau kata lain tergantung pada konteks kalimatnya. Dalam beberapa kasus, di mana bahkan dapat dihilangkan dari kalimat.
Untuk latihan, cobalah tentukan apa yang harus dilakukan terhadap di mana dalam kalimat-kalimat yang tampak wajar dan sering dijumpai di bawah ini. Harap diperhatikan bahwa mungkin diperlukan perubahan struktur kalimat untuk membuat kalimat tetap luwes tanpa menggunakan kata di mana.
- Dalam keramaian itu terdapat pergelaran lain di mana kedudukannya sama dengan pergelaran musik.
- Ruangan itu terletak di bagian depan rumah di mana ruangan itu dipakai untuk kegiatan keluarga.
- Fotosintesis adalah proses di mana CO2 diubah menjadi senyawa organik.
- Yang lain berasal dari Argentina di mana pengaruh ilmu tertentu berpijak dengan kokoh.
- Automasi meningkatkan produksi dengan cepat sampai pada tahap di mana produksi yang berlebihan menimbulkan masalah serius.
- Pada pembatikan wonogiren, kain dicelup dengan warna soga di mana sebelumnya malam yang menutupi gambar pada kain dibuat retak-retak.
- Tidakkah kedua-duanya dicetuskan oleh keadaan di mana kendali pikiran tak berfungsi lagi?
- Bangsa Indonesia terpaksa menerima bentuk negara Republik Indonesia Serikat di mana Republik Indonesia menjadi salah satu negara bagiannya.
Sumber: Pusat Bahasa, Buku Praktis Bahasa Indonesia 1 dan contoh-contoh dari milis Bahtera.
Pemutahiran #1: Ada beberapa varian lain yang juga sering digunakan untuk memadankan where, which, who, atau whom. Antara lain: “dalam mana”, “dengan mana”, “hal mana”, “dalam pada itu”.
Kalau konteksnya tempat, semisal “…dari Argentina di mana pengaruh ilmu tertentu berpijak dengan kokoh.”, saya kira masih terbuka pintu maaf, Mas. (meskipun tetap saja si penulis harus berjanji untuk tidak mengulanginya lagi haha). Tapi yang berat adalah kalau ‘di mana’ dipakai sebagai pengganti keterangan waktu! Misalnya: “Oktober adalah bulan di mana hujan mulai turun.” Semestinya, “perebutan wilayah” yang terjadi dalam konteks kalimat demikian adalah antara kata ‘kapan’ dan ‘ketika’.
Beberapa pihak secara semena-mena membuat teori bahwa ‘di mana’ merupakan kata tanya biasa, sedangkan apabila digunakan sebagai kata sambung, maka penulisannya adalah ‘dimana’ (tanpa spasi). Seenak perut sendiri kan, Mas? Hehehehe.
Repotnya, dalam praktik, saya sendiri ketika menyelia beberapa editor kadang agak kerepotan kalau total menghindari kata tanya yang dipaksakan sebagai kata hubung. Misalnya: “Mas Ivan Lanin adalah munsyi hebat, kepada siapa saya berguru selama ini.”
Atau jangan-jangan, kalimat semacam ini memang tak lazim dalam bahasa Indonesia? Hehehehe. Intrusi gramatika Inggris saja, kali ya. Dari ‘from whom’ 😀
Salam kenal, Mas. 🙂
Nah, “dimana” tanpa spasi itu juga masalah tuh. Jadi seolah-olah diizinkan.
Saya bukan munsyi, Mas. Cuma hobi utak-atik bahasa sampai “mabuk bahasa”, haha. Terima kasih sudah berkunjung.
kembalikan “di mana” pada fungsi yang sesuai (untuk bertanya). bukankan kita sudah punya konjungsi “yang”?
Untuk membuat kalimat yang singkat tapi tepat, pertama kita memang perlu memikirkan susunan yang sesuai. Kalau sudah sesuai, sering kali kata sambung tidak dibutuhkan, seperti pada kejadian no 3: “Fotosintesis adalah proses perubahan CO2 menjadi senyawa organik.”
Untuk Iqbal,
“where” dalam bahasa Inggris selain sebagai kata tanya juga bisa menjadi kata sambung tempat, sedang dalam bahasa Indonesia, “di mana” hanya menjadi kata tanya, sedang kata sambungnya “tempat”.
Seperti kejadian no 4: “Yang lain berasal dari Argentina di mana (tempat) pengaruh ilmu tertentu berpijak dengan kokoh.”
Begitu pula “when” ketika menjadi kata sambung waktu, hendaknya diterjemahkan menjadi “waktu” atau “saat” atau “ketika”, bukan “kapan”, karena “kapan” sejauh yang saya tahu kata tanya, bukan kata sambung.
Seperti kejadian no 5: “Automasi meningkatkan produksi dengan cepat sampai pada tahap di mana (ketika) produksi yang berlebihan menimbulkan masalah serius.”
atau kejadian no 7: “Tidakkah kedua-duanya dicetuskan oleh keadaan di mana (waktu) kendali pikiran tak berfungsi lagi?”
atau kejadian no 6. Pada pembatikan wonogiren, kain dicelup dengan warna soga di mana (saat)sebelumnya malam yang menutupi gambar pada kain dibuat retak-retak.
Seperti yang disebut pebbie, “di mana” sering bisa perbaiki dengan kata sambung “yang”, ketika dipakai untuk memadankan kata sambung subyek “which”, “that”, atau “who”, seperti pada kejadian – kejadian berikut:
1. Dalam keramaian itu terdapat pergelaran lain di mana (yang) kedudukannya sama dengan pergelaran musik.
2. Ruangan itu terletak di bagian depan rumah di mana (yang) dipakai untuk kegiatan keluarga.
8. Bangsa Indonesia terpaksa menerima bentuk negara Republik Indonesia Serikat di mana (yang) Republik Indonesia menjadi salah satu negara bagiannya.
Untuk padanan “from whom” saya kira bisa pakai “tempat”, seperti pada kejadian: “Mas Ivan Lanin adalah munsyi hebat, kepada siapa (tempat)saya berguru selama ini.”
Wah saya jadi tahu soal masalah “di mana”.
Sip..sip Terima kasih ya semua 😀
Aduh, ternyata pengetahuan dan kemampuan saya dalam berbahasa Indonesia sangat… sangat kurang. Gawat nih 😦
I’m also writing to make you understand of the nice discovery my wife’s daughter gained reading through your site. She picked up plenty of pieces, most notably how it is like to possess an ideal helping mood to have many others very easily have an understanding of a variety of extremely tough topics. You really surpassed my desires. I appreciate you for giving the warm and helpful, safe, revealing and as well as unique tips on this topic to Evelyn.
Masalah kata tanya di mana, siapa, kapan, dsb. memang menjadi perhatian saya sejak dulu. Saya mempelajari bahasa Indonesia bukan sampai di bangku sekolah dan kuliah saja, melainkan juga saya praktikkan pada kegiatan sehari-hari. Sudah jelas bedanya, kata tanya, kata benda, dsb. Sayang, di tempat saya bekerja di lembaga birokrasi pemerintah daerah (dulu 1998 s.d. 2007 saya bekerja di lembaga penyiaran pemerintah pusat di daerah) dan di mana-mana saja, saya selalu menemukan masalah berbahasa Indonesia yang baik dan benar itu. Saya sebagai orang Indonesia, tidak memahami pikiran orang Indonesia yang lain, yang tidak memiliki rasa bahasa Indonesia. Hal ini merupakan salah satu dari banyak masalah yang dialami bangsa Indonesia dari tingkat pemimpin sampai akar rumput. Sudah tahu salah, ya, dibiarkan saja. Orang yang ahli bahasa pun tidak diperhatikan sedikitpun. Sepertinya hal-hal yang berbau bahasa, merokok, dll. tidak digubris, padahal didalamnya terjadi silang sengketa.
Betul sekali, Bung Hendro. Inilah yang mesti kita pikirkan bersama-sama untuk dicarikan jalan keluarnya. Bagaimana membentuk mental bangsa Indonesia yang sadar untuk berbahasa secara baik dan benar? Sejak dulu, para ahli bahasa sudah melakukan berbagai upaya. Namun, tampaknya mental masa bodo bahasa ini sudah mendarah daging. Mungkin kita perlu melakukan metode pendekatan yang berbeda.
Hmm… sayangnya orang yang salah berbahasa memang tidak mendapat sanksi apa-apa selama ini, ya?
Saya sempat berdiskusi dengan seorang penulis artikel mengenai pronomina ‘di mana’. Ia mengatakan bahwa penulisan ‘di mana’ hanya dipisah apabila menerangkan tempat. Mengacu pada pendapatnya, kata penghubung ‘di mana’ pada contoh kalimat no. 6 ditulis sambung. Sialnya, saya tidak sempat menanyakan buku referensinya.
Saya sendiri selalu memisahkan kata ‘di mana’ tanpa pandang bulu 😀