Dimungkiri

Penelusuran Google menunjukkan bahwa kata “dipungkiri” jauh lebih banyak digunakan daripada kata “dimungkiri“. Mungkin para pengguna bahasa mengira bahwa bentuk pasif tersebut merupakan turunan dari kata “pungkir” yang huruf “p”-nya mengalami pelesapan sewaktu diberi imbuhan “me-“: “memungkiri“. Sebenarnya, kata “pungkir” tidak ada dalam perbendaharaan kata baku bahasa Indonesia. Yang ada adalah kata “mungkir“, yang diserap dari kata bahasa Arab munkir (Russell, 2008). Jadi, bentuk pasif yang baku adalah “dimungkiri”, bukan “dipungkiri”.

Kridalaksana (2007, hlm. 181) menyebut gejala ini sebagai derivasi balik (bahasa Inggris: back-derivation atau back-formation). Derivasi balik didefinisikan olehnya sebagai proses pembentukan kata berdasarkan pola-pola yang ada, tanpa mengenal atau mempertimbangkan unsur-unsurnya. Akibatnya, timbul bentuk yang secara historis tidak dapat diramalkan. Contoh derivasi balik lain yang diberikan oleh Kridalaksana adalah:

  1. “ketik” dalam “diketik” yang dipakai karena dikira merupakan padanan pasif dari “mengetik”. Padahal, bentuk “mengetik” muncul bukan karena peluluhan fonem /k/, melainkan karena proses menyisipan “e” pada bentuk dasar ekasuku “tik” (mungkin merupakan onomatope), sama seperti pada pembentukan kata “mengebom” dari “bom”;
  2. “tikah” dalam “ditikahkeun” (bahasa Sunda) yang dipakai karena dikira merupakan padanan pasif dari “menikah”. Padahal, bentuk dasar yang baku adalah “nikah”, dari bahasa Arab nikāḥ.

Contoh-contoh yang diberikan oleh Kridalaksana seolah menyiratkan bahwa proses derivasi balik adalah suatu kesalahan. Sebagai salah satu proses pembentukan kata, derivasi balik mungkin dapat bermanfaat pada kondisi lain. Dalam bahasa Inggris, misalnya, derivasi balik digunakan untuk membentuk kata edit dari editor, diagnose dari diagnosis, dan emote dari emotion (Abootty, 2002, hlm. 29).

Rujukan:

  1. Abootty, O. (2002). The Funny Side of English. New Delhi: Pustak Mahal.
  2. Kridalaksana, H. (2007). Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  3. Russell, J. (Ed.) (2008). Loan-words in Indonesian and Malay. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

3 tanggapan untuk “Dimungkiri

Tinggalkan komentar