Penelaahan sejawat

Salah satu istilah yang sempat memusingkan saya sewaktu pembuatan tesis adalah peer review. Masalah pertama adalah masalah klasik pada kata majemuk bahasa Inggris: apakah kata ini ditulis terpisah dengan spasi (peer review), terpisah dengan tanda hubung (peer-review), atau serangkai (peerreview)? Masalah kedua pun tak kalah pelik: apa padanan kata ini dalam bahasa Indonesia?

Masalah pertama dengan cepat terselesaikan. Artikel Wikipedia bahasa Inggris dan berbagai kamus daring menunjukkan penulisan yang cukup konsisten: peer review ditulis terpisah dengan spasi. Istilah ini digunakan untuk merujuk pada proses evaluasi yang dilakukan oleh individu yang berkompeten pada suatu bidang tertentu. Evaluasi ini bisa dilakukan terhadap kinerja profesional (professional peer review) ataupun terhadap karya, penelitian, atau gagasan cendekia (scholarly peer review). Jenis yang kedua inilah yang paling dikenal.

Dalam wawancara pada tanggal 22 Mei 2012, Prof. Andrianto Handojo dari Dewan Riset Nasional mengungkapkan bahwa scholarly peer review digunakan untuk mengevaluasi tulisan yang akan dimuat dalam jurnal ilmiah atau proposal (pendanaan) penelitian ilmiah. Evaluasi ini umumnya dilakukan dengan model blind peer review atau anonymous peer review yang tidak mengungkap nama penulis kepada orang yang mengevaluasi atau, sebaliknya, nama pengevaluasi kepada penulis. Model ini terbagi dua, yaitu single-blind peer review yang mengungkap nama penulis kepada pengevaluasi, tetapi menyembunyikan nama pengevaluasi kepada penulis, serta double-blind review yang tidak mengungkapkan nama kedua pihak kepada pihak lain.

Ware (2008) melakukan survei terhadap 3.040 akademisi dari berbagai negara dan menemukan bahwa model yang terbanyak dialami para responden adalah single-blind (72%) , sedangkan double-blind hanya dialami oleh 22% responden. Selain dua model ini, Ware menemukan bahwa ada dua model peer review lain yang juga digunakan, yaitu open peer review (3%) dan post-publication review (1%). Model open peer review adalah model yang mengungkap nama tiap pihak kepada pihak lain dan kadang disertai dengan penyertaan catatan evaluasi pada tulisan ilmiah. Model post-publication review adalah model yang melibatkan seluruh pembaca dalam evaluasi suatu tulisan dan memberikan skor terhadap tulisan tersebut setelah diterbitkan, biasanya dalam format elektronik.

Kembali kepada masalah kedua tentang padanan kata peer review dalam bahasa Indonesia, hasil penelusuran Google menunjukkan bahwa beberapa jurnal ilmiah menggunakan istilah “mitra bestari” untuk peer reviewer, orang yang melakukan peer review. Wah, indah sekali kata ini! Sekadar informasi, “bestari” adalah kata sifat yang berarti luas dan dalam pengetahuannya; berpendidikan baik; baik budi pekerti. Sementara itu, saya juga menemukan bahwa istilah “penilaian sejawat” pun banyak digunakan.

Karena masalah ini menyangkut penulisan dan penerbitan, saya pun menanyakan masalah ini kepada Bu Sofia Mansoor yang saya ketahui berpengalaman dalam bidang ini. Menurut beliau, Pak Adjat Sakri dan Penerbit ITB menggunakan istilah “penelaahan sejawat” untuk peer review. Aha!

Padanan “mitra bestari” untuk peer reviewer memang indah, tetapi sulit diturunkan untuk kata benda proses peer review dan kata sifat peer reviewed. Sementara itu, “penilaian sejawat” bertalian dengan kata “menilai” yang menurut saya memiliki rasa bahasa yang kurang enak. Lantaran itu, saya sangat senang sewaktu menemukan padanan “penelaahan sejawat” untuk peer review ini. Kata ini dapat dengan mudah dan enak diturunkan menjadi “penelaah sejawat” (peer review) dan “tertelaah sejawat” (peer reviewed). Bila dirasa belum nyaman, kita bisa saja menggunakan “berpenelaahan sejawat” untuk peer reviewed.

Berdasarkan definisi yang telah dijelaskan di atas, saya mengusulkan padanan-padanan berikut untuk jenis penelaahan sejawat:

  • blind (peer) review= penelaahan (sejawat) tertutup
    • single-blind (peer) review = penelaahan (sejawat) tertutup searah
    • double-blind (peer) review = penelaahan (sejawat) tertutup dua arah
  • open (peer) review = penelaahan (sejawat) terbuka
  • post-publication (peer) review = penelaahan (sejawat) pascapublikasi atau pascaterbit

Penelaahan sejawat merupakan suatu mekanisme yang telah diterapkan cukup lama untuk meningkatkan kualitas karya ilmiah dalam dunia akademis. Dengan sedikit penyesuaian, saya yakin mekanisme ini dapat pula diterapkan untuk peningkatan kualitas ilmiah artikel Wikipedia bahasa Indonesia. Bila berhasil, bayangkan betapa dahsyatnya manfaat kearifan khalayak Wikipedia bagi generasi masa depan Indonesia: pengetahuan bebas nan berkualitas ilmiah!

Sumber gambar: Wikimedia Commons

10 tanggapan untuk “Penelaahan sejawat

  1. Telaah kan sama dengan kajian. Kajian sejawat kurang pas, lebih pas jika ditulis “Pengkajian Sejawat”. Namun demikian saya lebih sreg dan nyaman dengan pendapat Ivan, “Penelaahan Sejawat”.

  2. Sebetulnya kajian/pengkajian sejawat bisa-bisa saja, tetapi “kajian” sudah cukup lazim digunakan sebagai padanan “study”, misalnya “case study” yang dipadankan dengan “(peng)kajian kasus”.

  3. tetapi jurnal ilmiah di perguruan tinggi yang selama ini saya temui lebih sering menggunakan istilah mitra bestari atau mitra bebestari, saya kok lebih cenderung istilah ini, meskipun menurut Ivan tidak bisa diturunkan menjadi kata benda.

  4. Kalau berdasarkan peraturan Ditjen Dikti Kemendikbud No 49/DIKTI/Kep/2011 menggunakan istilah Mitra Bebestari. Yang saya bingungkan sekarang apa perbedaan Mitra Bestari dan Mitra Bebestari?

  5. Walaupun ada istilah lain, saya lebih setuju dengan Ivan bahwa peer review diartikan penelaahan sejawat. Menurut saya istilah penelaahan sejawat lebih dekat maknanya dengan istilah aslinya peer review

Tinggalkan komentar