Sisipan

Sisipan atau infiks adalah imbuhan yang diberikan di tengah kata. Menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Alwi dkk., 2003, hlm. 235), ada empat sisipan dalam bahasa Indonesia, yaitu -el- (mis. telunjuk), -em- (mis. jemari), -er- (mis. gerigi), dan -in- (mis. kinerja). Keempat sisipan ini berfungsi membentuk kata benda (nomina) dan, menurut buku tersebut, sudah tidak produktif lagi.

Dalam buku Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia (2007, hlm. 62 & 76), Pak Harimurti Kridalaksana menguraikan lebih lanjut mengenai pola dan makna masing-masing sisipan sebagai berikut (Keterangan: A = adjektiva, N = nomina, V = verba).

  1. -em-: berulang-ulang (frekuentatif), mis. getar -> gemetar (N -> A)
  2. -in-: berlangsung beberapa lama (duratif), mis. sambung -> sinambung (V -> A)
  3. -el-:
    1. benda yang…, mis. gembung -> gelembung (A -> N)
    2. alat (instrumentalis), mis. tunjuk -> telunjuk (V -> N), tapak -> telapak (N -> N)
    3. kumpulan, mis. gigi -> geligi (N -> N)
  4. -er-:
    1. alat (instrumentalis), mis. suling -> seruling (N -> N)
    2. yang ber…, mis. gigi -> gerigi (N -> N)

Buku Pak Alwi tidak membahas peran sisipan sebagai pembentuk adjektiva, sedangkan buku Pak Harimurti tidak membahas penggunaan -em- sebagai pembentuk nomina (mis. jemari) dan -in- sebagai pembentuk nomina (mis. kinerja). Selain itu, kedua buku itu pun tidak membahas sisipan lain yang juga dapat ditemukan dalam kosakata bahasa Indonesia dalam kekerapan yang lebih sedikit, misalnya -ah- dalam baharu, dahulu, dan sahaya.

Pernyataan bahwa sisipan sudah tidak lagi produktif mudah-mudahan dapat sirna seiring dengan upaya bersama para ahli, pencinta, dan pengguna bahasa Indonesia untuk menghidupkan kembali kekayaan ini. Sisipan adalah kekayaan morfologis bahasa Indonesia yang dapat melahirkan kata-kata baru untuk berbagai konsep kiwari yang sulit dicari padanannya. Mungkin kita dapat menurunkan kata siniar dari siar sebagai padanan podcast atau pineta dari peta untuk hash–dua kata yang hingga kini belum berhasil ditemukan padanan yang pasnya.

Sekadar pengingat, cermatlah dalam menganalisis asal kata terkait dengan konsep sisipan ini. Jangan sampai Anda menganggap lemari berasal dari lari dengan sisipan -em- atau keledai berasal dari kedai dengan sisipan -el-.

9 tanggapan untuk “Sisipan

  1. wah.. sisipan selalu mempercantik kata.. aku ingin menggunakannya, tapi kadang ‘mati gaya’, tidak tau bagaimana menggunakannya dengan benar 🙂

  2. Salut dengan Mas Ivan untuk konsistensinya mengulas Bahasa Indonesia. Mata kuliah yang saya ulang saat TPB dan setelah diulang pun hasilnya tetap C.

    🙂

  3. Hebat! sepanjang pengamatan saya, kayaknya baru Mas Ivan deh yang paling konsisten, cinta bahasa Indonesia (tanpa maksud mengatakan yang lainnya tidak ‘mencintai’) Minta izin ya Mas Ivan untuk share ulasan-ulasannya. Sangat bermanfaat bagi mahasiswa (termasuk dosennya he he) yang sedang menulis. Terima kasih

  4. Saya senang ketika orang Indonesia menghormati bahasanya. Itu teori saya, yang ternyata bertentangan dengan keadaan orang Indonesia sekarang, dari pucuk sampai akar rumput, yang terus keinggris-inggrisan.
    Oya, Bung Ivan, kata “sama” itu tidak sama dengan “seperti”. Kedua kata itu berdiri sendiri, tidak dapat dipersatukan. Apakah ada, satu tambah satu seperti dua?

  5. Mas kebetulan saya sedang menyusun tugas mengenai materi diatas. Boleh minta sumber resmi nya?
    terimakasih.

Tinggalkan komentar