Penghubung antarkalimat

Penghubung antarkalimat (discourse connective) adalah kata atau ungkapan yang menghubungkan suatu kalimat dengan kalimat lain dalam satu alinea guna menambah kepaduan wacana. Penghubung antarkalimat diletakkan di awal kalimat — tetapi bukan di awal kalimat pertama suatu paragraf — dan diikuti dengan tanda koma. Contoh penghubung antarkalimat adalah akan tetapi, jadi, dan oleh sebab itu.

Pedoman EYD tidak memberikan daftar lengkap ungkapan yang dapat berfungsi sebagai penghubung antarkalimat. Berdasarkan beberapa rujukan, ada 53 ungkapan yang dapat dipakai sebagai penghubung antarkalimat. Daftar ini mungkin tidak lengkap, tetapi, paling tidak, kata atau frasa yang berada dalam senarai ini dapat digunakan sebagai rujukan oleh para pengguna bahasa.

Lanjutkan membaca “Penghubung antarkalimat”

Kata, frasa, klausa, dan kalimat

Keempat istilah yang menjadi judul tulisan ini sering membingungkan orang yang belum sempat mempelajari linguistik: termasuk saya. Definisi yang diperoleh pada KBBI seperti yang tercantum di bawah ini pun tidak menolong menyembuhkan kebingungan tersebut.

  • Kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri.
  • Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif.
  • Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan berpotensi menjadi kalimat.
  • Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa.

Er, oke. Jadi apa bedanya?

Lanjutkan membaca “Kata, frasa, klausa, dan kalimat”

Kalimat efektif

Bagi pengguna Twitter, pembuatan kalimat yang efektif–selain efisien tentunya–adalah suatu keterampilan yang harus dimiliki. Hal ini yang mungkin membuat banyak pekicau akhirnya memilih untuk menggunakan bahasa Inggris dalam kicauannya: karena merasa bahwa kalimat dalam bahasa itu lebih efektif daripada kalimat dalam bahasa Indonesia. Saya pikir pendapat itu tidak benar dan mungkin disebabkan oleh kurangnya keterampilan kita dalam membuat kalimat efektif dalam bahasa Indonesia.

Lanjutkan membaca “Kalimat efektif”