Firefox 3.5

Sore tanggal 30 Juni kemarin (waktu Jakarta), dengan moto “It’s Time for an Upgrade“, Mozilla merilis versi 3.5 penjelajah atau peramban web Firefoxnya. Peristiwa ini cukup seru dibahas di jejaring sosial seperti Twitter (dengan tag #fx35) dan Facebook, walaupun (tampaknya) tidak seheboh seperti waktu peristiwa kematian Sang Raja Pop lima hari sebelumnya.

Sebenarnya agak malas membahas sesuatu yang pasti bakal banyak dibahas di blogosfer seperti peristiwa ini. Saya cuma mau menyiapkan jawaban untuk orang-orang di kantor saya yang kemungkinan besar bakal bertanya: “apa sih keunggulannya?”

Keunggulan (dan kelemahan)

Yang langsung terasa adalah bahwa versi Firefox (FF) 3.5 ini lebih cepat sewaktu menampilkan suatu halaman web. Untuk beberapa lama, saya pikir kebocoran memori (memory leak), yang dikenal merupakan salah satu kelemahan FF, cukup berhasil diatasi di versi ini. Ternyata tidak. Di Wolverine, komputer jinjing saya, membuka sepuluh tab FF tetap menyedot memori hingga 600 MB!

Hal baru lainnya di FF 3.5 yang cukup kasat mata adalah perubahan antarmuka dan fitur untuk pengaturan privasi hingga mode pribadi seperti yang sebelumnya sudah diimplementasi oleh Google Chrome dan Internet Exporer 8.

Beberapa hal lain yang terlalu canggih untuk dapat langsung dirasakan pengguna awam adalah perkembangan dukungan terhadap HTML 5, CSS 3, JSON, DOM, XUL, dll. Daftar lengkap penambahan dan pengembangan fitur FF 3.5 dapat dilihat di nota rilis lengkapnya.

Ketakserasian pengaya

Yang mengganggu adalah, ternyata seperti biasa banyak pengaya (addons) yang tidak cocok dengan FF 3.5. Untung ada Bang Naif yang memberi petunjuk cara untuk “mengakalinya”:

  1. Unduh berkas XPI pengaya ke komputer lokal.
  2. Buka berkas XPI (yang sebenarnya merupakan berkas terkompresi seperti zip atau rar) dengan perangkat lunak pembuka berkas terkompresi macam Winzip atau WinRAR.
  3. Buka berkas install.rdf yang ada di XPI tersebut dengan editor teks seperti Notepad atau Editplus. Berkas ini sebenarnya merupakan berkas berformat XML.
  4. Cari baris yang mengandung pembatasan versi seperti <em:maxVersion>3.1</em:maxVersion>. Ganti angka tersebut dengan 3.5.
  5. Simpan perubahan berkas dan masukkan kembali berkas tersebut ke dalam XPI.
  6. Pasang XPI tersebut seperti biasa dan jalankan ulang FF.

Dengan cara ini, enam pengaya yang biasa saya pakai di FF 3 dan tadinya dinyatakan tidak sesuai dengan FF 3.5, bisa dijalankan kembali.

Kecuali Google Gears. Grrr.

Jadi?

Perlu memperbarui versi Firefox atau tidak? Kalau menurut saya, iya: perlu. Wong gratis kok, tinggal mengunduh saja kok repot? Hitung-hitung membantu menyundul jumlah unduhan Firefox.

Perlu menjadikan Firefox peramban baku di komputer Anda? Coba pikir dulu, butuh kecepatan atau fitur yang banyak? Kalau butuh kecepatan, saya sarankan pakai Google Chrome. Kalau butuh fitur, dengan segudang pengayanya, FF masih belum tertandingi.

Suatu survei kecil-kecilan yang saya sebarkan melalui twitter menghasilkan simpulan bahwa 56% penggiat Internet Indonesia masih memilih FF, Chrome 28% persen, dan sisanya (16%) memilih penjelajah web lain.

Atau mau pakai yang lain juga boleh. Bagimu perambanmu, bagiku penjelajahku. Ya, Mas?

Pembaruan #1 Geza Kovacs menyediakan Gears xpi untuk Windows dan Linux (tak resmi?)

9 tanggapan untuk “Firefox 3.5

  1. mm.. kelemahannya sulit cocok ama plugin di firefox.. dulu make 3.4 masih bisa make plugin ant player, tapi sekarang udah gak bisa sejak aku upgrade ke 3.5

    Btw, salam kenal mas ivan 🙂

Tinggalkan komentar