Kurang lebih seminggu yang lalu, di milis penerjemah Bahtera dibahas bahwa menurut KBBI–bertentangan dengan penggunaan umum di kalangan masyarakat–ejaan yang baku untuk kata sinonim “istirahat” adalah “rihat”, bukan “rehat”. Ketidaksesuaian antara ejaan populer dengan ejaan baku dalam bahasa Indonesia memang kerap terjadi, misalnya “antri” (populer) vs “antre” (baku), “apotik” (populer) vs “apotek” (baku), dll. Sewaktu saya periksa di KBBI daring dan Kateglo, entri “rehat” memang betul dirujuk kepada entri “rihat”. Saya pun mengicaukan hal ini melalui Twitter dengan tagar #variasiejaan.
Tanggapan Mas @QarisT membuat saya rambang. “Jangan-jangan KBBI IV sudah mengubah ejaan yang baku,” demikian senandika saya. Kegalauan ini ternyata terbukti. KBBI IV merujukkan “rihat” kepada “rehat” yang berarti bahwa kini ejaan yang baku adalah “rehat”. Saya pun lintang pukang memperbaiki entri Kateglo sambil memendam perasaan berdosa karena salah memberi warta kepada khalayak. Mohon ampuni saya. Lain kali saya akan selalu memeriksa silang ejaan dengan KBBI yang terbaru.
Menurut Kang @sepsup di milis Bahtera dan Pak @ahmadabr di Twitter, kata “rehat” berasal dari kata bahasa Arab راحة “raahat” yang berakar pada kata راح “raaha”, akar yang juga memunculkan kata “istirahat”, “ruh”, dan “tarawih”. Ejaan yang paling dekat dengan sumber aslinya ini sebenarnya adalah “rahat”. Uniknya, homonim kedua entri “rahat” dalam KBBI bermakna mengaso; jeda; beristirahat; rehat. Loh, kok mirip dengan entri “rehat” (istirahat)? Jadi, sebenarnya mana yang baku, duhai KBBI?
Korpus bahasa Melayu Malay Concordance Project (MCP) menunjukkan bahwa baik “rehat”, “rihat”, maupun “rahat” pernah dipakai dalam karya bahasa Melayu. Karya-karya yang lebih baru secara konsisten menggunakan ejaan “rehat”. Ejaan itu pula yang dicantumkan dalam Kamus Dewan (Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia). Barangkali perubahan ejaan baku dari “rihat” (KBBI III) menjadi “rehat” (KBBI IV) ini adalah upaya untuk lebih menyeragamkan bahasa Indonesia dan Melayu.
Agar tak membingungkan pembaca kamus, saya usulkan agar dipilih saja satu ejaan yang baku. Kalau “rehat” mau diangkat sebagai ejaan baku, rujukkan saja homonim kedua “rahat” kepada “rehat”:
2ra·hat → rehat
re·hat /réhat/ v istirahat
ri·hat → rehat
Terakhir, izinkan saya mengutip kicauan Mas @AhmadSahidah berikut:
Mari bersama-sama memperbaiki KBBI kita secara ikhlas untuk kejayaan bahasa kebangsaan. Merdeka!
#BahasaJiwaBangsa 🙂
Mari …
Sumber gambar: teratakrimbun.blogspot.com
info yang bermanfaat, mas
baru tahu sekarang kalau rehat sesungguhnya bukanlah kata yang baku
senang sering berkunjung kemari
🙂
Wah, jangan salah tangkap, ya. Yang baku menurut KBBI IV justru adalah “rehat”.
Wah,teliti juga bapak ini.
Kalau pohon’bakau”, ‘bako”, yang mana yang baku pak ?
wah ternyata bahasa indonesia sering membingungkan -__-
pak, kalau KBBI IV sudah ada versi daringnya? atau kateglo sudah pakai versi IV?