Real estate adalah istilah bahasa Inggris dalam bidang hukum yang bermakna harta tak bergerak yang berupa tanah, sumber alam, dan bangunan. Penggunaan pertama kata majemuk real estate dalam bahasa Inggris tercatat pada sekitar dasawarsa 1660-an. Dalam bahasa Indonesia, awalnya istilah ini dituliskan tetap dalam bahasa asingnya, tetapi belakangan ini kata realestat, sebagai upaya penyerapan bentuk dan lafalnya, mulai digunakan. Bahkan, organisasi perusahaan Indonesia yang bergerak dalam bidang ini menggunakan kata tersebut sebagai nama resminya: Realestat Indonesia (REI).
Sewaktu membaca Buku Praktis Bahasa Indonesia 2 terbitan Pusat Bahasa, saya menemukan bahwa ternyata pernah ada padanan bahasa Indonesia yang diusulkan sebagai padanan real estate, yaitu lahan yasan. Lahan berarti tanah garapan, sedangkan yasan–diserap dari bahasa Jawa–berarti sesuatu yang dibuat atau didirikan. Penerjemahan itu dilakukan berdasarkan konsep makna istilah yang dikandungnya, bukan berdasarkan makna kata demi kata. Sayangnya, istilah ciptaan yang menurut saya cukup indah ini tampaknya akan mengalami nasib yang sama dengan mangkus dan sangkil: kalah populer dibandingkan serapannya.
Bidang properti memang cenderung tetap menggunakan istilah asing. Mungkin ini terkait dengan kebutuhan pemasaran yang perlu menimbulkan kesan mentereng. Meskipun tidak bisa disalahkan, ada baiknya juga untuk mengetahui beberapa padanan yang telah ada dalam bahasa Indonesia untuk bidang ini. Berikut daftar padanan bidang properti yang diambil dari berbagai sumber.
- boulevard = adimarga
- builder = pembangun
- bungalow = bungalo
- condominium = kondominium
- cottage = pondok
- developer = pengembang
- garden = taman; bustan
- gate = pintu; gerbang; lawang
- land = bumi; lahan; laya
- landmark = tengaran
- penthouse = griya tawang
- show unit = unit contoh
- tower = menara; mercu
- town house = rumah bandar
Sebenarnya masih banyak kata bahasa Indonesia lain yang juga dapat digunakan dalam bidang properti, seperti gerha (bukan graha), bentala, paviliun, pesanggrahan, pondok, puri, dll. Masalah terbesar sekarang adalah bagaimana menghilangkan, atau paling tidak mengurangi, xenoglosofilia masyarakat Indonesia. Saya pribadi tidak kagum dengan materi iklan (creative) yang memamerkan banyak istilah asing; saya lebih kagum dengan materi iklan yang menggunakan istilah bahasa Indonesia yang belum pernah atau jarang saya dengar atau lihat sebelumnya. Mudah-mudahan tidak hanya saya yang merasa begitu.
Sumber ilustrasi: Uzar News.
wah justru dgn penggunaan kata lahan yasan saya bingung harus cari dimana pengertian kata ini.lebih baik make english ajah karna kalau ga ngerti kan bisa make google translate ataupun cari di kamus english.soalnya ya jarang orang yg make kamus besar bahasa indonesia skrg. 🙂
tulisan-tulisan anda sangat inspiratif dan cinta bahasa indonesia.
salam ngeblog dengan rasa!
bahasa indonesia saya masih parah, dan ternyata banyak ilmu di blog ini, saya akan sering mampir.
Landmark padanannya bukan tetenger ya?
Kalau sudah ada “boulevard,” bagaimana dengan “avenue,” “highway,” “expressway,” “road”?
“Real estate” atau “realty” 1. property in the form of land or building: my father sold real estate; 2 the business of selling HOUSES or land for building: to work in real estate. :”Lahan yasan” tampaknya pas buat arti (1); bagaimana dengan arti (2) khususnya “menjual rumah”? Apakah bisa dipadankan “lahan yasan” dengan “realtor”??? Maukah si Lenny Setyowati mau disebut sebagai pelahan-yasan sementara dia bukan seorang calo tanah? Mungkin karena ketakmatangan pembentukan istilah inilah yang menyebabkan bentukan itu tidak digunakan oleh REI yang lebih tahu seluk-beluk “realestat.”
Pengalaman yang diambil dari sini: jangan cepat-cepat melemparkan suatu istilah sebelum memahami beberapa arti yang terkandung di dalamnya.
@jacobian Bingungnya mungkin karena belum terbiasa. Harus dibiasakan agar tak asing dengan bahasa sendiri.
@anjari @nothing Terima kasih. Salam kembali 🙂
@dheche Istilah “tengaran” itu saya dapat dari glosarium http://kateglo.com Di Google ternyata memang ada juga yang menggunakan istilah tetenger ya. Dari bahasa Jawa kan?
@zul Wikipedia sudah mencoba mencari padanannya, Pak Zul. Highway = jalan bebas hambatan [1]. Expressway dan avenue belum ketemu. Tentang homonimi “real estate” dalam bahasa Inggris, bukankah suatu padanan dalam bahasa sasaran itu memang *tidak harus* bisa memenuhi semua makna homonim suatu kata bahasa sumber, Pak?
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_bebas_hambatan
Memang, tetapi kalau Anda perhatikan kedua istilah ini sering muncul. Bagaimana kita mau “menghapus” keduanya jika yang satu lagi kita “bebaskan” beringgris ria? Bukankah si pengguna “lahan yasan” dianggap sebagai orang udik? Menurut saya, kalau istilah yang diperkenalkan belum mencakup beberapa istilah yang homonim lebih baik ditunda dulu karena orang yang ngingris akan dapat amunisi tambahan: “Mau mengajari orang, konsep yang diajarkan belum dipahami secara paripurna; bagaimana mau make’nya!”
Iya dr bhs Jawa. Saya lebih sering menemui orang memakai padanan “tetenger” atau “tengeran”. Kalau “tengaran” malah saya baru tau dan takjub ternyata yg masuk di kateglo adalah padanan yg terakhir td.