Bahasa Indonesia itu keren!

Tiga minggu yang lalu, tepatnya tanggal 19 November 2009, tulisan perdana saya berjudul Cache, Tepatkah Disebut Tembolok? dimuat di rubrik Catatan Bahasa dan TI di detikinet melalui Mas Wicak. Dalam selang waktu yang tak berapa lama, pada tanggal 3 Desember, Hard Rock FM Jakarta juga mewawancarai saya sebagai narasumber untuk topik Freaktionary di acara Good Morning Hardrockers yang dipandu oleh Iwet Ramadhan dan Rahmah Umayya.

Sebenarnya saya merasa jengah dan belum pantas untuk dianggap sebagai narasumber bahasa Indonesia. Apalagi untuk menulis atau mengisi acara di kedua media arus utama tersebut. Dalam diskusi di milis penerjemah Bahtera, terasa sekali bahwa ilmu bahasa saya masih sangat dangkal jika dibandingkan para Bahterawan yang sehari-hari bergelut di bidang penerjemahan dan kejurubahasaan bahasa Indonesia. Apalagi jika dibandingkan para begawan seperti Pak Bashir, Bu Sofia, Pak ABS, Pak Eddie, Pak Tim, Pak Sty, Pak Alan, Mas Eko, dll. Wah, saya ibarat anak kecil yang sedang tertatih belajar berjalan di bawah bimbingan mereka.

Terlepas dari pengetahuan yang masih sekadarnya ini, saya merasa apa yang saya lakukan adalah rintisan upaya untuk menyadarkan generasi baru Indonesia bahwa, meminjam istilah Iwet, bahasa Indonesia itu keren; bahwa bahasa Indonesia bisa menjadi sumber kebanggaan terhadap identitas kebangsaan kita yang bisa luntur digerus kesukaan kita terhadap budaya bangsa lain; serta bahwa berkewarganegaraan Indonesia bukan berarti kita mengerti semua aspek kebahasaan kita. Masih banyak hal yang kita belum ketahui (atau salah pahami) tentang bahasa kita yang sebenarnya sangat kaya ini, baik dari segi kosakata maupun tata bahasanya.

Sentilan Bu Sofia ini sangat berkesan untuk saya:

Kita bukannya membuka kamus bila menemukan kata Indonesia “baru”, melainkan menggerutu. Sungguh berbeda dengan sikap kita saat menjumpai kata asing yang tidak kita kenal – dengan senang hati kita mencarinya dalam kamus.

Memang sampai sekarang saya masih sulit menghilangkan kebiasaan menggunakan lema antri dan bukan antre (baku), merubah dan bukan mengubah (baku), dan berbagai kesalahan lain. Memang masih banyak kata bahasa Indonesia yang belum konsisten aturan penyerapannya. Memang masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan untuk membenahi bahasa kita.

Tapi menurut saya, berhentilah menggerutu dan lakukanlah sesuatu. Meskipun hanya hal kecil seperti dengan membiasakan membuka kamus bahasa Indonesia sesuai anjuran Bu Sofia. Versi daringnya pun ada kok.

Saya percaya kita bisa melakukan perubahan kecil ini. Jika mau dan memilih untuk melakukannya.

41 tanggapan untuk “Bahasa Indonesia itu keren!

    1. Hihi, sebenarnya tadinya judul asalnya bukan itu, melainkan “Catatan bahasa dan freaktionary” yang hanya menceritakan dua kegiatan yang saya lakukan. Jawaban pertanyaan “mengapa keren” seharusnya dijabarkan dalam tulisan lain. Tapi karena kadung mengambil judul itu, ya sudahlah, terpaksa harus dijabarkan meskipun sedikit.

      Daripada panjang-panjang saya jelaskan, baca saja di sini ya.

      1. Ah, belum menjawab. Itu kan ditujukan buat penutur bahasa asing (atau non-Indonesia). Buat yang sudah jadi penutur bahasa Indonesia belum jelas apa yang menjadikannya keren 😛

  1. terkait cache, untuk menentukan padanan suatu istilah, apa makna frase lainnya yang mengandung istilah cache seperti ‘cache miss’, ‘cache hit’, dan ‘cache coherent’ juga dipertimbangkan?

    1. Tentu saja belum 🙂 Saya hanya mempertimbangkan varian dasarnya, yaitu caching dan cached. Tapi rasanya tidak sulit untuk menurunkan bentuk lainnya asal memahami makna lema turunan tersebut.

  2. KBBI daring sayangnya belum lengkap. Beberapa kali saya ke sana untuk mengecek kata, ternyata tidak ketemu artinya (haha..berima ‘a’! *noraknya lg kumat*)
    Padahal asik banget tuh kalo yg daring lengkap.

  3. Ivan itu seorang keren. Sungguh. Tahun 90-an awal, saya pernah bermimpi untuk mengerjakan apa yang sekarang Ivan lakukan. (Hehe… dan mau jadi orang keren). Saya sudah menjalankannya sebagian, tapi terhenti karena kegiatan lain. Beberapa kawan dekat tahu saya pernah mengerjakan pekerjaan “aneh” itu.
    Karena saya tidak mampu jadi keren seperti Ivan, ya… saya mendukung penuh saja pekerjaan yang Ivan lakukan.

    1. Haha, yang keren itu bukan saya, Bang. Bahasa Indonesialah yang keren.

      Mungkin adanya media dan jejaring sosial saat ini sangat membantu apa yang ingin kita lakukan. Gaungnya jadi lebih terasa, meskipun sebenarnya upayanya masih minimal, hehe.

  4. Loh, Iwet ma Rahma siaran GMHR sekarang? bukannya Stenny ama Pandji yah yang siaran GMHR? Iwet-Rahma siaran Drive and Jive yang sore-sore.

  5. bahasa Indonesia memang keren.

    di sebuah warung makan.
    cewek: “tolong ambilkan selampai kertas”
    cowok: “ok” (sembari mengambil tisu tepat didepannya)”

    🙂

  6. Meskipun setiap hari saya berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia, berbahasa dengan baik dan benar belumlah mudah. Itu yang saya rasa dan senantiasa mencoba untuk demi sedikit memperbaiki kualitas berbahasa untuk diri. Terimakasih atas posting yang menarik ini.

  7. buka kamus Bindo tuh emg asik kok!jd ingat kbiasaan smasa kls 3 SMA dl,kl pas lg suntuk..kamus Bindo jd slh 1 alternatif bacaan.smpe skrg,kl lg bc2 & nemu kata baru,paling sneng lgsg cari artix di kamus.suka,deh! \^^/

  8. Bahasa Indonesia jadi makin aneh terdengar oleh bangsa sendiri karena makin jarang digunakan dengan dengan baik. 🙂 Ah, dari halaman ini pun dahi saya banyak berkernyit. Siap-siap menelusuri tautan-tautan di atas.

  9. Saya masih sulit menggunakan kata “berterima”, juga masih lebih suka pakai kata “cicak” daripada “cecak” (yang baku)…kecilnya kebanyakan menyanyi barangkali…hehehe…Selamat menggaungkan bahasa Indonesia ya…

  10. Kalau soal mana yang baku mana yang enggak, kok kadang “nurani linguistik” saya masih sering berontak ya Mas. 😦 Misalnya antara kata cecak dan cicak seperti yang disebutv Mbak Retty di atas. Sejak kecil kita tahu ada lagu “Cicak-cicak di Dinding”. Kalau misalnya kita adakan referendum bahasa atas seluruh rakyat Indonesia, berani taruhan pasti pemenangnya cicak dan bukan cecak.

    Jadi, ini soal kuasa kebenaran berbahasa yang dipegang tim dari Pusat Bahasa saja, saya kira.

    Dalam kasus lain, dulu di KBBI pra 2009 setahu saya plagiat diartikan sebagai orangnya. Di KBBI baru, entri itu sudah diganti dengan plagiator, dan plagiat diartikan sebagai tindakannya. (padahal kalau dalam bahasa Inggris tindakannya adalah plagiarism).

    Pada hemat saya, semua masih bisa dilebur dalam proses dialektis, dan dari perjalanan itu, bahasa Indonesia akan lebih tertanak matang :))

    1. Haha, bisa jadi sih Mas (re: kuasa kebenaran oleh tim Pusba). Tapi tidak semua juga, misalnya kepopuleran antri vs. etimologi antre.

      Tapi memang kita perlu proses untuk mematangkan bahasa Indonesia. Toh bahasa adalah konsensus para penggunanya 🙂

  11. Setelah membaca komentar Mas Gombang di atas terus terang saya jadi ikut berpikir: kalau bahasa Indonesia itu keren, makna ‘keren’ yang mana, ya, yang dimaksud dari ke-4 definisi ini: ke·ren /kerén/ a 1 tampak gagah dan tangkas; 2 galak; garang; lekas marah; 3 lekas berlari cepat (tt kuda); 4 perlente (berpakaian bagus, berdandan rapi, dsb)?

    Atau, mungkin yang dimaksud keren = ‘cool’? Garing?

  12. (DLT) OPO (omong punya omong), rasanya ada yang salah, deh, dalam kalimat berikut: “Tulisan ini dikirim pada pada 3 Desember 2009 19:10 dan di isikan dibawah bahasa Indonesia”

    Mungkin yang dimaksud “Tulisan ini dikirim pada pada 3 Desember 2009 19:10 dan diisikan di bawah bahasa Indonesia”?

  13. setuju kalau bahasa Indonesia itu keren.

    saya pernah membahas di blog saya soal kesulitan menulis lirik dalam bahasa Indonesia bagi musisi independen yang selain kesulitannya ada di lirik dan kosakata juga soal lagam. karena kebetulan saya juga mengalami dan sedang belajar menulis lagu dengan bahasa Indonesia yang keren.

    http://djant.multiply.com/journal/item/281

    meskipun begitu saya memperhatikan banyak musisi indie yang sudah cukup mahir dan berhasil sehingga memiliki lirik bahasa Indonesia yang sudah sangat keren.

    Seringai, Melancolic Bitch, Shaggydog dan Koil adalah beberapa diantarnya.

    Ant

  14. Setuju banget, bahasa Indonesia itu keren! Paling sedih deh kalau ada yang menyiratkan bahwa bahasa kita tidak keren, misalnya menyebut bahasa kita miskin. Huh…

  15. Entri berikutnya: “Bahasa Indonesia itu susah”. Saya bosan dengan orang mengatakan B.I. itu mudah. Ya, mudah untuk anak SMA yang sudah dibodohi. Mudah = murah(an). Inggris tidak pernah mengklaim bahasanya gampang, justru rumit, banyak perkecualian, dlsb.. Hal tersebut tidak melemahkan malah menguatkan posisinya karena semakin banyak orang yang mendapatkan prestise bila bisa menguasainya. Bahasa Indonesia harus terus berkembang dan semakin banyak orang yang berbangga bila menyandang gelar Profesor Bahasa Indonesia!

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s